Kasunanan Kartasura adalah sebuah kerajaan di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1680 dan berakhir tahun 1742, sebagai kelanjutan dari Kesultanan Mataram. Riwayat kerajaan yang usianya relatif singkat ini cenderung diwarnai oleh perang saudara memperebutkan takhta.
Lokasi pusat Kasunanan Kartasura saat ini diperkirakan terdapat di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Latar Belakang
Amangkurat I adalah raja terakhir Kesultanan Mataram yang memerintah dengan sewenang-wenang sejak tahun 1645. Ia juga terlibat perselisihan dengan putranya sendiri yang menjabat sebagai Adipati Anom. Pada tahun 1670 Adipati Anom menggunakan Trunajaya dari Madura sebagai alat untuk melakukan kudeta terhadap ayahnya itu.
Pemberontakan Trunajaya yang semakin besar membuatnya sulit dikendalikan lagi. Puncaknya, pada tanggal 2 Juli 1677 istana Mataram yang terletak di Plered diserbu kaum pemberontak. Adipati Anom memilih kabur bersama Amangkurat I ke arah barat.
Amangkurat I meninggal dalam perjalanan. Ia sempat berwasiat agar Adipati Anom meminta bantuan VOC untuk menumpas Trunajaya dan merebut kembali takhta.
Berdirinya Kartasura
Sesuai wasiat ayahnya, Adipati Anom pun bekerja sama dengan VOC untuk menumpas Trunajaya. Ia menandatangani Perjanjian Jepara 1677 dengan VOC, yang berisi VOC akan membantu Adipati Anom melawan Trunojoyo, dan sebagai gantinya, VOC berhak memonopoli perdagangan di Pantai Utara Jawa. Atas bantuan VOC, Adipati Anom diangkat sebagai raja tanpa takhta bergelar Amangkurat II. Trunajaya akhirnya berhasil ditangkap dan dihukum mati awal tahun 1680.
foto : Sinuwun Pakoeboewono I
Istana lama Mataram saat itu telah dikuasai oleh Pangeran Puger (Pakoeboewono I), putra Amangkurat I lainnya, yang ditugasi sang ayah untuk merebutnya dari tangan Trunajaya. Amangkurat II terpaksa membangun istana baru di Hutan Wanakarta, yang diberi nama Kartasura. Ia mulai pindah ke istana tersebut pada bulan September 1680.
Istana lama Mataram saat itu telah dikuasai oleh Pangeran Puger (Pakoeboewono I), putra Amangkurat I lainnya, yang ditugasi sang ayah untuk merebutnya dari tangan Trunajaya. Amangkurat II terpaksa membangun istana baru di Hutan Wanakarta, yang diberi nama Kartasura. Ia mulai pindah ke istana tersebut pada bulan September 1680.
Kemudian terjadilah perang antara Kartasura melawan Mataram (Perang Suksesi I) untuk memperebutkan kekuasaan atas tanah Jawa sebagai pewaris Amangkurat I yang sah. Pada tanggal 28 November 1681 akhirnya Pangeran Puger menyerah kalah kepada Amangkurat II yang dibantu VOC. Sejak saat itu, Mataram resmi menjadi bagian dari Kartasura.
Perkembangan Selanjutnya
Amangkurat II yang naik takhta atas bantuan VOC, kemudian hari merasa sangat dirugikan dengan Perjanjian Jepara 1677. Dengan berbagai cara ia berusaha untuk melepaskan diri dari perjanjian dengan VOC, antara lain membantu perjuangan seorang buronan bernama Untung Suropati. Amangkurat II menerima dan membantu pelarian Untung Surapati di Kartasura. Kapten Tack, Pemimpin pasukan VOC yang mengejar Untung Surapati tewas terbunuh di Kartasura. Untung Surapati diangkat sebagai saudara oleh Amangkurat I dan diberikan hadiah sebagai Bupati Pasuruhan pertama dengan gelas Wiranegara.Atas peristiwa itu, hubungan VOC dengan Amangkurat I memanas.
Sepeninggal Amangkurat II terjadi perebutan takhta antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger yang bergelar Pakubuwana I(Perang Suksesi II). Pada tahun 1705 Pakubuwana I berhasil mengusir Amangkurat III dan merebut Kartasura. Perang antara Pakubuwana I yang didukung VOC melawan Amangkurat III yang didukung keluarga Untung Suropati di Jawa Timur baru berakhir tahun 1708. Penobatan Puger membuktikan perjanjian antara Ki Gede Pemanahan dan Ki Juru Martani mengenai pergantian tujuh keturunan Pemanahan ke keturunan Ki Juru Martani.
Sepeninggal Pakubuwana I terjadi lagi perebutan takhta Kartasura di antara putra, yaitu Amangkurat IV yang dibantu VOC melawan Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya, dan Pangeran Dipanegara Madiun (Perang Suksesi III). Perang saudara ini berakhir tahun 1723.
Jatuhnya Kartasura
Pada tahun 1740 terjadi pemberontakan orang-orang Cina di Batavia yang menjalar sampai ke seluruh Jawa. Mula-mula Pakubuwana II (pengganti Amangkurat IV) mendukung mereka. Namun ketika melihat pihak VOC unggul, ia pun berbalik mendukung bangsa Belanda tersebut.
Perbuatan Pakubuwana II justru membuat kekuatan pemberontak meningkat karena banyak pejabat anti VOC yang meninggalkannya. Akhirnya pada tanggal 30 Juni 1742 para pemberontak menyerbu Kartasura besar-besaran. Pakubuwana II pun melarikan diri ke Ponorogo.
VOC bekerja sama dengan Cakraningrat IV dari Madura dan berhasil merebut kembali Kartasura. Pada akhir tahun 1743 Pakubuwana II kembali ke Kartasura namun kondisi kota tersebut sudah hancur. Ia pun memutuskan membangun istana baru di desa Sala bernama Surakarta, yang ditempatinya sejak tahun 1745, yang nantinya berubah menjadi Karaton Kasunanan Soerakarta Hadiningrat.
foto : Karaton Kasunanan Soerakarta Hadiningrat
foto : Karaton Kasunanan Soerakarta Hadiningrat
Babad Tanah Jawi menyebut peristiwa ini sebagai Geger Pacino. Rusaknya kraton di Kartasura, dianggap merupakan tanda hilangnya landasan kosmogonis kraton sebagai sentrum kekuasaan, sehingga perlu dibangun kraton baru.
Mitos Akhir Abad
Masyarakat Jawa, terutama kaum bangsawan, telah terjebak pada mitos tentang runtuhnya kerajaan pada akhir abad, dan berdirinya kerajaan baru tiga tahun kemudian.
Menurut catatan para pujangga Jawa, pada tahun Saka 1400 Kerajaan Majapahit runtuh dan tahun 1403 Kesultanan Demak berdiri. Pada tahun Saka 1500 Kesultanan Demak runtuh dan tahun 1503 Kesultanan Pajang berdiri yang kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Mataram. Kemudian pada tahun Jawa 1600 Kesultanan Mataram runtuh dan tahun 1603 Jawa Kasunanan Kartasura berdiri.
Maka pada tahun Jawa 1700 (bertepatan dengan 1774 Masehi) terjadi kegelisahan di antara raja-raja Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, dua kerajaan bersaudara yang saling berusaha menaklukkan pada masa itu. Untuk menangkal mitos tersebut, seorang menantu Hamengkubuwana I dari Yogyakarta mengarang sebuah naskah berjudul Babad Kraton pada tahun Jawa 1703 yang isinya menyebutkan bahwa Kartasura adalah kerajaan yang runtuh mewakili tahun 1700, sedangkan Yogyakarta adalah kerajaan yang berdiri tahun 1703. Padahal runtuhnya Kartasura dan berdirinya Yogyakarta yang sesungguhnya terpaut selisih sekitar 14 tahun.
Rupanya pihak Hamengkubuwana I berusaha untuk menegaskan bahwa Yogyakarta adalah penerus yang sah dari Kartasura, bukan Surakarta sebagaimana kenyataannya.
SAMPEYANDALEM HINGKANG SINUHUN KANGDJENG SUSUHUNAN PAKOEBOEWANA SENAPATI ING NGALAGA ABDULRACHMAN SAYIDIN PANATA GAMA KALIFATULAH HINGKANG KAPING I DI NAGARA KARATON KASUNANAN KARTASURA HADININGRAT
foto: Sri Susuhunan P.B.I
Menjadi Raja pertama di Mataram pada tahun 1660 M.
Menjadi Raja yang kedua kali di Kartasura pada tahun 1705 M.
Wafat Beliau di tahun 1719 M.
Beliau turut mengalami pindahnya Karaton Kartasura ke Desa Sala yang nantinya bernama Karaton Surakarta Hadiningrat:
Bermula pada rusaknya Kraton Mataram yang terletak di Pleret oleh serangan Trunojoyo, sehingga Kraton Mataram yang di Pleret di pindah ke suatu desa yang bernama Wanakarta. Selanjutnya Karaton dinamakan Karaton Kasunanan Kartasura Hadiningrat. Adapun pindahnya Karaton pada hari Rabu Pon 27 Ruwah Alip 1603 jawa windu Sancaya wuku Watu gunung, atau bertepatan dengan pada hari Rabu Pon tanggal 11 September 1680 M.
Tergambar dalam tembang Dhandhanggula :
Sangaprabu prapteng Wanakarti
Gumarudug sawadya balane
Kawula lan sentanane
Kadya sinebut sebut
Katon Sunya hangrasa wani
Ya sinengkalaning Candra
Ri Buda Pon nuju
Kaping pitulikur Ruwah
Alip sewu nenemhatus telu dadi
KARTASURA DININGRAT
Putradalem (anak-anak kandungnya) Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung di Mataram. Dilahirkan dari Istri Permaisuri no.2 yang bernama G.K.R.Wetan (putri dari Panembahan Radin di Pajang).
Sri Susuhunan Pakoeboewana I mempunyai nama kecil B.R.M.G.Darajat, Beliau ini putra nomer 2.
Adapun Alur Silsilah Sri Susuhunan Pakoeboewana I dari Ibunda Beliau yang bernama G.K.R.Wetan, ialah :
- Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Hadiwijoyo di Pajang, berputra :
- Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Prabuwijoyo (P.Benowo) di Pajang, berputra :
- Panembahan Radin di Pajang, berputra :
- G.K.R.Wetan Istri Permaisuri yang kedua Sampeyandalem Prabu Hamangkurat Agung, berputra :
- Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Pakoeboewana I (mempunyai nama kecil B.R.M.G. Darajat) di Kartasura.
Sri Susuhunan Pakoeboewana I, mempunyai putra :
Dari Istri Permaisuri (putri dari R.T.Balitar) :
1. G.R.Aj.Lembah yang nantinya menjadi istri Permaisuri Sri Susuhunan Hamangkurat Kencet.
2. G.P.H. Hangabehi.
3. Sampeyandalem Hingkang sinuhun Prabu Hamangkurat Jawa (Hamangkurat 4) (mempunyai nama kecil B.R.M.G. Suryoputro.
4. G.R.Ay.Mangkubumi.
5. G.P.H. Prangwadono.
6. G.P.H. Herucokro di Madiun.
7. G.P.H. Ngalogo.
8. G.P.H. Pamot.
9. G.R.Ay.Adip.Sindurejo.
10. G.P.Panembahan Puruboyo di Lamongan.
Dari Istri Permaisuri yang bernama G.K.R. Pakoeboewana :
1. G.P.H. Balitar.
2. G.K.Ratu Ayunan, istri Panembahan Cakraningrat.
Kepustakaan
· Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka
· Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
· H.J.de Graaf. 1989. Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura Abad XVII (terj.). Jakarta: Temprint
· M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
· Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
· Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Situs ini sudah dipersiapkan oleh penulis sejak tahun 2004, hanya baru diterbitkan pada tahun 2011 ini.
Selain itu pembaca dapat melihat dan membaca pada
Selain itu pembaca dapat melihat dan membaca pada
RM.Koesen dan juga pada
De Soesoehoenan Pakoe Boewono XI en Familie
;demikian juga pada
;demikian juga pada
Untuk pendataan kembali anak keturunan Sinuwun Pakoeboewono dapat menghubungi alamat e-mail:
atau di alamat Sekretariat Sentonodalem Sinuwun Pakoeboewono
(apabila anda mengiklankan di blog atau web kami mohon hubungi di alamat e-mail kami atau nomer handphone kami), ukuran iklan berapapun dan posisi penempatan dari iklan kami menyediakan
Diberitahukan kepada semua pembaca dan semua sentanadalem Pakoe Boewono apabila ingin berkorespondensi dengan kami lewat email silakan menghubungi kami di :
prince.ariyo777@gmail.com, panji220478@yahoo.co.id dan pangeransoerakarta@yahoo.com,
Mohon dikirim kesemua alamat e-mail diatas.
Hormat kami,
RM.Soegiyo
(Translated into English:) Starting from the establishment of the Palace Kasunanan Kartasura
Kasunanan Kartasura was a kingdom in Java that was founded in year 1680 and ended in 1742, in furtherance of the Sultanate of Mataram. Royal history is relatively short age tend to fight a civil war characterized by the throne. Kartasura Kasunanan central location there are currently estimated at Kartasura, Sukoharjo, Central Java.
Background Amangkurat I was the last king who ruled the Sultanate of Mataram arbitrary since 1645. He is also involved in a dispute with his own son, who served as Duke Anom. Anom Duke in 1670 using Trunajaya of Madura as a tool to conduct a coup against his father. Rebellion Trunajaya growing again makes it difficult to control. The peak, on July 2, 1677 Mataram palace located in Plered invaded the rebels. Duke Anom choose Amangkurat I ran away with westward. Amangkurat I died in transit. He was intestate for Duke Anom ask for help to quell Trunajaya VOC and reclaim the throne. Establishment Kartasura In accordance testament of his father, Duke Anom was working with VOC to quell Trunajaya. He signed the Treaty of Jepara in 1677 with the VOC, which contains VOC will help Duke Anom against Trunojoyo, and instead, VOC entitled to monopolize trade in the North Coast of Java. The assistance of the VOC, was appointed Duke of Anom king without a throne holding the title Amangkurat II. Trunajaya finally arrested and sentenced to death early in 1680. photo: Sinuwun Pakoeboewono I
The old palace of Mataram was already occupied by Prince Puger (Pakoeboewono I), another son Amangkurat I, who was assigned the father to take it from the hands Trunajaya. Amangkurat II was forced to build a new palace in the Forest Wanakarta, named Kartasura. He began to move into the palace in September 1680. Then came the war between Kartasura against Mataram (Succession War I) to compete for power over the land of Java as a legitimate heir Amangkurat first. On 28 November 1681 finally surrendered to Prince Puger Amangkurat II who helped VOC. Since that time, officially became part of Mataram Kartasura. Further developments Amangkurat II who ascended the throne upon the help of the VOC, then the day feel very aggrieved with Jepara Agreement 1677. In many ways he tried to escape from the agreement with the VOC, among others, help the struggle of a fugitive named Lucky Suropati. Amangkurat II accept and assist refugees in Kartasura Surapati Fortune. Captain Tack, the VOC troops pursue leaders Fortunately Surapati killed in Kartasura. Fortunately Surapati raised as brothers by Amangkurat I and awarded first prize as the District Pasuruhan with glass Wiranegara.Atas event, VOC relationship with Amangkurat I heat up. After the death struggle for the throne Amangkurat II occurred between Amangkurat III against the prince who holds Pakubuwana Puger I (Succession War II). In 1705 I managed to repel Amangkurat Pakubuwana III and seize Kartasura. The war between Pakubuwana I which supported the VOC against Amangkurat III supported the family in East Java Fortunately Suropati just ended year 1708. Coronation Puger prove the agreement between archery and Ki Ki Gede Interpreters Martani about the turn of the seven descendants of archery to the descendants of Ki Interpreter Martani. After the death Pakubuwana I happen again seizing the throne Kartasura among sons, namely IV-assisted Amangkurat VOC against Prince Blitar, Prince Purbaya, and Prince Dipanegara Madison (Succession War III). The civil war ended in 1723. The fall Kartasura In 1740 occurred the rebellion of the Chinese in Batavia which spread to the entire Java. At first Pakubuwana II (replacement Amangkurat IV) support them. But when he saw the VOC superior, she turned to support the Dutch nation. Actions Pakubuwana II would make the rebel strength increases because many anti-VOC officials who left him. Finally on June 30, 1742 the rebels stormed a massive Kartasura. Pakubuwana II had fled to Roxburgh. VOC working with Cakraningrat IV of Madura and managed to retake Kartasura. At the end of 1743 Pakubuwana II returned to Kartasura but the condition of the city has been destroyed. He also decided to build a new palace in the village of Sala called Surakarta, who occupied since 1745, which later turned into the Palace Kasunanan Soerakarta Sultanate.
photo: Kasunanan Soerakarta Sultanate Palace
Babad Tanah Jawi refer to the event as Geger Pacino. Damage to the palace in Kartasura, is considered a sign of loss of the palace as a center runway kosmogonis power, so necessary to build a new palace.
Myth of the Century's End Java community, especially the nobility, had been trapped in the myth of the collapse of the empire at the end of the century, and the establishment of a new kingdom three years later. According to the records of poets Java, in the year 1400 Saka Majapahit kingdom collapsed and in 1403 established the Sultanate of Demak. In the year 1500 Saka Sultanate of Demak Sultanate collapsed and in 1503 stood Pajang which was followed by the Sultanate of Mataram. Later in the year 1600 Javanese Mataram Sultanate collapsed and Java Kasunanan Kartasura 1603 feet. So in Java in 1700 (coinciding with the 1774 AD) occurs anxiety among the kings of the Sultanate of Surakarta and Yogyakarta Kasunanan, two royal brothers who tried to conquer each other at the time. To counteract these myths, a daughter Hamengkubuwana I of Yogyakarta authored a manuscript entitled Babad Kraton Java in 1703 which states that it is the empire that collapsed Kartasura representing the year 1700, while the kingdom of Yogyakarta was established in 1703. Though the collapse and the establishment of Yogyakarta Kartasura real difference adrift about 14 years. Apparently the Hamengkubuwana I tried to assert that Yogyakarta is the legitimate successor of Kartasura, not Surakarta as fact.
SAMPEYANDALEM HINGKANG SINUHUN KANGDJENG Susuhunan PAKOEBOEWANA Senapati ING NGALAGA Abdul Rachman Sayidin PANATA GAMA KALIFATULAH HINGKANG Kaping I IN Nagara Kasunanan Kartasura Sultanate Palace
photo: Sri Susuhunan P.B.I Being the first king of Mataram in 1660 AD Being a King the second time in the year 1705 AD Kartasura He died in the year 1719 AD
He also has moved into the village of Sala Palace Kartasura who later called the Palace of Surakarta Sultanate:
Starting in the destruction of the Mataram Kingdom which is located in Pleret by Trunojoyo attack, so the Mataram Kingdom in Pleret in moving to a village called Wanakarta. Furthermore, the Palace is called the Palace Kasunanan Kartasura Sultanate. The Palace on Wednesday moved Pon 27 Ruwah Alip 1603 Javan tiger Sancaya wuku Watu mountain, or on Wednesday to coincide with the date of 11 September 1680 Pon M.
Reflected in the song Dhandhanggula:
Sangaprabu prapteng Wanakarti Gumarudug sawadya balane Lan subjects sentanane Kadya sinebut call Katon Sunya hangrasa wani Yes sinengkalaning Candy Ri toward Buda Pon Kaping pitulikur Ruwah Alip Sewu nenemhatus telu dadi Kartasura Diningrat
Putradalem (biological children) Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Hamangkurat Great King in Mataram. Born of a named wife Empress no.2 GKRWetan (daughter of Panembahan Radin on Display). Sri Susuhunan Pakoeboewana BRMGDarajat I have a small name, he was son number 2.
The Chronology Genealogy Sri Susuhunan Pakoeboewana I of the mother He named GKRWetan, are:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Hadiwijoyo on Display, berputra:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Prabuwijoyo (P. Benowo) on Display, berputra:
* Panembahan Radin on Display, berputra:
* GKRWetan Consort's second wife Sampeyandalem Hamangkurat Great King, berputra:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Pakoeboewana I (have a small name BRMG Darajat) in Kartasura.
Sri Susuhunan Pakoeboewana I, have a son: From Wife Consort (daughter of R. T. Balitar): 1. GRAj.Lembah which later became the wife of Queen Sri Susuhunan Hamangkurat Kencet. 2. G.P.H. Hangabehi. 3. Sampeyandalem Hingkang sinuhun King Hamangkurat Java (Hamangkurat 4) (has a small name BRMG Suryoputro. 4. G.R.Ay.Mangkubumi. 5. G.P.H. Prangwadono. 6. G.P.H. Herucokro in Madiun. 7. G.P.H. Ngalogo. 8. G.P.H. Pamot. 9. G.R.Ay.Adip.Sindurejo. 10. G. P. Panembahan Puruboyo in Lamongan.
From Wife Consort named G.K.R. Pakoeboewana: 1. G.P.H. Balitar. 2. G. K. Queen of Swing, the wife Panembahan Cakraningrat. Literature · Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka · Babad Tanah Jawi, ranging from the Prophet Adam Until the Year 1647. (Terj.). 2007. London: Narration · H.J.de Graaf. 1989. Killing of Captain Tack, turmoil in the XVII Century Kartasura (terj.). London: Temprint · M.C. Ricklefs. 1991. History of Modern Indonesia (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press · Moedjianto. 1987. Power Concepts Java: Its application by the Kings of Mataram. London: Canisius · Purwadi. 2007. History of the Kings of Java. Yogyakarta: Media Studies
This site has been prepared by the author since 2004, only just published this in 2011.
In addition, readers can see and read on
(If you advertise on our blog or website please contact the e-mail us or our phone number),any size of ad size and placement of advertising the position we are providing.(apabila anda mengiklankan di blog atau web kami mohon hubungi di alamat e-mail kami atau nomer handphone kami), ukuran iklan berapapun dan posisi penempatan dari iklan kami menyediakan
Diberitahukan kepada semua pembaca dan semua sentanadalem Pakoe Boewono apabila ingin berkorespondensi dengan kami lewat email silakan menghubungi kami di :
prince.ariyo777@gmail.com, panji220478@yahoo.co.id dan pangeransoerakarta@yahoo.com,
Mohon dikirim kesemua alamat e-mail diatas.
Hormat kami,
RM.Soegiyo
(Translated into English:) Starting from the establishment of the Palace Kasunanan Kartasura
Kasunanan Kartasura was a kingdom in Java that was founded in year 1680 and ended in 1742, in furtherance of the Sultanate of Mataram. Royal history is relatively short age tend to fight a civil war characterized by the throne. Kartasura Kasunanan central location there are currently estimated at Kartasura, Sukoharjo, Central Java.
Background Amangkurat I was the last king who ruled the Sultanate of Mataram arbitrary since 1645. He is also involved in a dispute with his own son, who served as Duke Anom. Anom Duke in 1670 using Trunajaya of Madura as a tool to conduct a coup against his father. Rebellion Trunajaya growing again makes it difficult to control. The peak, on July 2, 1677 Mataram palace located in Plered invaded the rebels. Duke Anom choose Amangkurat I ran away with westward. Amangkurat I died in transit. He was intestate for Duke Anom ask for help to quell Trunajaya VOC and reclaim the throne. Establishment Kartasura In accordance testament of his father, Duke Anom was working with VOC to quell Trunajaya. He signed the Treaty of Jepara in 1677 with the VOC, which contains VOC will help Duke Anom against Trunojoyo, and instead, VOC entitled to monopolize trade in the North Coast of Java. The assistance of the VOC, was appointed Duke of Anom king without a throne holding the title Amangkurat II. Trunajaya finally arrested and sentenced to death early in 1680. photo: Sinuwun Pakoeboewono I
The old palace of Mataram was already occupied by Prince Puger (Pakoeboewono I), another son Amangkurat I, who was assigned the father to take it from the hands Trunajaya. Amangkurat II was forced to build a new palace in the Forest Wanakarta, named Kartasura. He began to move into the palace in September 1680. Then came the war between Kartasura against Mataram (Succession War I) to compete for power over the land of Java as a legitimate heir Amangkurat first. On 28 November 1681 finally surrendered to Prince Puger Amangkurat II who helped VOC. Since that time, officially became part of Mataram Kartasura. Further developments Amangkurat II who ascended the throne upon the help of the VOC, then the day feel very aggrieved with Jepara Agreement 1677. In many ways he tried to escape from the agreement with the VOC, among others, help the struggle of a fugitive named Lucky Suropati. Amangkurat II accept and assist refugees in Kartasura Surapati Fortune. Captain Tack, the VOC troops pursue leaders Fortunately Surapati killed in Kartasura. Fortunately Surapati raised as brothers by Amangkurat I and awarded first prize as the District Pasuruhan with glass Wiranegara.Atas event, VOC relationship with Amangkurat I heat up. After the death struggle for the throne Amangkurat II occurred between Amangkurat III against the prince who holds Pakubuwana Puger I (Succession War II). In 1705 I managed to repel Amangkurat Pakubuwana III and seize Kartasura. The war between Pakubuwana I which supported the VOC against Amangkurat III supported the family in East Java Fortunately Suropati just ended year 1708. Coronation Puger prove the agreement between archery and Ki Ki Gede Interpreters Martani about the turn of the seven descendants of archery to the descendants of Ki Interpreter Martani. After the death Pakubuwana I happen again seizing the throne Kartasura among sons, namely IV-assisted Amangkurat VOC against Prince Blitar, Prince Purbaya, and Prince Dipanegara Madison (Succession War III). The civil war ended in 1723. The fall Kartasura In 1740 occurred the rebellion of the Chinese in Batavia which spread to the entire Java. At first Pakubuwana II (replacement Amangkurat IV) support them. But when he saw the VOC superior, she turned to support the Dutch nation. Actions Pakubuwana II would make the rebel strength increases because many anti-VOC officials who left him. Finally on June 30, 1742 the rebels stormed a massive Kartasura. Pakubuwana II had fled to Roxburgh. VOC working with Cakraningrat IV of Madura and managed to retake Kartasura. At the end of 1743 Pakubuwana II returned to Kartasura but the condition of the city has been destroyed. He also decided to build a new palace in the village of Sala called Surakarta, who occupied since 1745, which later turned into the Palace Kasunanan Soerakarta Sultanate.
photo: Kasunanan Soerakarta Sultanate Palace
Babad Tanah Jawi refer to the event as Geger Pacino. Damage to the palace in Kartasura, is considered a sign of loss of the palace as a center runway kosmogonis power, so necessary to build a new palace.
Myth of the Century's End Java community, especially the nobility, had been trapped in the myth of the collapse of the empire at the end of the century, and the establishment of a new kingdom three years later. According to the records of poets Java, in the year 1400 Saka Majapahit kingdom collapsed and in 1403 established the Sultanate of Demak. In the year 1500 Saka Sultanate of Demak Sultanate collapsed and in 1503 stood Pajang which was followed by the Sultanate of Mataram. Later in the year 1600 Javanese Mataram Sultanate collapsed and Java Kasunanan Kartasura 1603 feet. So in Java in 1700 (coinciding with the 1774 AD) occurs anxiety among the kings of the Sultanate of Surakarta and Yogyakarta Kasunanan, two royal brothers who tried to conquer each other at the time. To counteract these myths, a daughter Hamengkubuwana I of Yogyakarta authored a manuscript entitled Babad Kraton Java in 1703 which states that it is the empire that collapsed Kartasura representing the year 1700, while the kingdom of Yogyakarta was established in 1703. Though the collapse and the establishment of Yogyakarta Kartasura real difference adrift about 14 years. Apparently the Hamengkubuwana I tried to assert that Yogyakarta is the legitimate successor of Kartasura, not Surakarta as fact.
SAMPEYANDALEM HINGKANG SINUHUN KANGDJENG Susuhunan PAKOEBOEWANA Senapati ING NGALAGA Abdul Rachman Sayidin PANATA GAMA KALIFATULAH HINGKANG Kaping I IN Nagara Kasunanan Kartasura Sultanate Palace
photo: Sri Susuhunan P.B.I Being the first king of Mataram in 1660 AD Being a King the second time in the year 1705 AD Kartasura He died in the year 1719 AD
He also has moved into the village of Sala Palace Kartasura who later called the Palace of Surakarta Sultanate:
Starting in the destruction of the Mataram Kingdom which is located in Pleret by Trunojoyo attack, so the Mataram Kingdom in Pleret in moving to a village called Wanakarta. Furthermore, the Palace is called the Palace Kasunanan Kartasura Sultanate. The Palace on Wednesday moved Pon 27 Ruwah Alip 1603 Javan tiger Sancaya wuku Watu mountain, or on Wednesday to coincide with the date of 11 September 1680 Pon M.
Reflected in the song Dhandhanggula:
Sangaprabu prapteng Wanakarti Gumarudug sawadya balane Lan subjects sentanane Kadya sinebut call Katon Sunya hangrasa wani Yes sinengkalaning Candy Ri toward Buda Pon Kaping pitulikur Ruwah Alip Sewu nenemhatus telu dadi Kartasura Diningrat
Putradalem (biological children) Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Hamangkurat Great King in Mataram. Born of a named wife Empress no.2 GKRWetan (daughter of Panembahan Radin on Display). Sri Susuhunan Pakoeboewana BRMGDarajat I have a small name, he was son number 2.
The Chronology Genealogy Sri Susuhunan Pakoeboewana I of the mother He named GKRWetan, are:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Hadiwijoyo on Display, berputra:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Prabuwijoyo (P. Benowo) on Display, berputra:
* Panembahan Radin on Display, berputra:
* GKRWetan Consort's second wife Sampeyandalem Hamangkurat Great King, berputra:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Pakoeboewana I (have a small name BRMG Darajat) in Kartasura.
Sri Susuhunan Pakoeboewana I, have a son: From Wife Consort (daughter of R. T. Balitar): 1. GRAj.Lembah which later became the wife of Queen Sri Susuhunan Hamangkurat Kencet. 2. G.P.H. Hangabehi. 3. Sampeyandalem Hingkang sinuhun King Hamangkurat Java (Hamangkurat 4) (has a small name BRMG Suryoputro. 4. G.R.Ay.Mangkubumi. 5. G.P.H. Prangwadono. 6. G.P.H. Herucokro in Madiun. 7. G.P.H. Ngalogo. 8. G.P.H. Pamot. 9. G.R.Ay.Adip.Sindurejo. 10. G. P. Panembahan Puruboyo in Lamongan.
From Wife Consort named G.K.R. Pakoeboewana: 1. G.P.H. Balitar. 2. G. K. Queen of Swing, the wife Panembahan Cakraningrat. Literature · Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka · Babad Tanah Jawi, ranging from the Prophet Adam Until the Year 1647. (Terj.). 2007. London: Narration · H.J.de Graaf. 1989. Killing of Captain Tack, turmoil in the XVII Century Kartasura (terj.). London: Temprint · M.C. Ricklefs. 1991. History of Modern Indonesia (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press · Moedjianto. 1987. Power Concepts Java: Its application by the Kings of Mataram. London: Canisius · Purwadi. 2007. History of the Kings of Java. Yogyakarta: Media Studies
This site has been prepared by the author since 2004, only just published this in 2011.
In addition, readers can see and read on
RM.Koesen and also on;
De Soesoehoenan Pakoe Boewono XI en Familie
;as well as on;
For the data back Sinuwun Pakoeboewono offspring can contact e-mail address: or at the Secretariat address Sentonodalem Sinuwun Pakoeboewono ;as well as on;
(Vertaald in het Nederlands:)
Vanaf de oprichting van het Paleis Kasunanan Kartasoera
Kasunanan Kartasoera was een koninkrijk in Java, die werd opgericht in het jaar 1680 en eindigde in 1742, ter bevordering van het Sultanaat van Mataram. Koninklijke geschiedenis is relatief kort leeftijd de neiging om een burgeroorlog wordt gekenmerkt door de troon te bestrijden. Kartasoera Kasunanan centrale ligging zijn er momenteel geschat op Kartasoera, Sukoharjo, Midden-Java.
Achtergrond Amangkurat Ik was de laatste koning die regeerde het Sultanaat van Mataram willekeurige sinds 1645. Hij is ook betrokken in een geschil met zijn eigen zoon, die diende als Duke Anom. Anom Hertog in 1670 met behulp van Trunajaya van Madura als een hulpmiddel om een coup tegen zijn vader uit te voeren. Rebellion Trunajaya weer te groeien maakt het moeilijk te controleren. De piek, op 2 juli 1677 Mataram paleis gelegen in Plered vielen de rebellen. Duke Anom kies Amangkurat Ik liep weg met het westen. Amangkurat Ik stierf op doorreis. Hij was intestato voor Duke Anom om hulp te vragen aan Trunajaya VOC te onderdrukken en de troon terug te winnen. Inrichting Kartasoera Volgens testament van zijn vader, was hertog Anom werken met VOC Trunajaya kop in te drukken. Hij ondertekende het Verdrag van Jepara in 1677 met de VOC, die bevat VOC zal Duke Anom helpen tegen Trunojoyo, en in plaats daarvan, VOC gerechtigd om de handel te monopoliseren de noordkust van Java. De hulp van de VOC, werd benoemd tot hertog van Anom koning zonder troon bedrijf de titel Amangkurat II. Trunajaya uiteindelijk gearresteerd en ter dood veroordeeld in het begin van 1680. Foto: Sinuwun Pakoeboewono Ik
Het oude paleis van Mataram was al bezet door Prins Puger (Pakoeboewono I), een andere zoon Amangkurat I, die werd toegewezen aan de vader van het te nemen uit de handen Trunajaya. Amangkurat II werd gedwongen om een nieuw paleis in het bos Wanakarta, genaamd Kartasoera te bouwen. Hij begon in het paleis te verplaatsen in september 1680. Toen kwam de oorlog tussen Kartasoera tegen Mataram (Successie Oorlog I) om de macht strijden over het land van Java als een legitieme erfgenaam Amangkurat eerste. Op 28 november 1681 uiteindelijk overgegeven aan Prins Puger Amangkurat II, die geholpen VOC. Sinds die tijd, officieel onderdeel geworden van Mataram Kartasoera. Verdere ontwikkelingen Amangkurat II, die de troon besteeg de hulp van de VOC, dan de dag voel me erg benadeeld met Jepara overeenkomst 1677. In veel opzichten is hij probeerde te ontsnappen uit de overeenkomst met de VOC, onder anderen, help de strijd van een voortvluchtige genaamd Lucky Suropati. Amangkurat II te accepteren en te helpen vluchtelingen in Kartasoera Surapati Fortune. Kapitein Tack, de VOC-troepen voort te zetten leiders Gelukkig Surapati vermoord in Kartasoera. Gelukkig Surapati opgeworpen als broeders door Amangkurat I en de eerste prijs als de District Pasuruhan met glas Wiranegara.Atas evenement, VOC relatie met Amangkurat Ik opwarmen. Na de dood strijd voor de troon Amangkurat II tussen Amangkurat III vond plaats tegen de prins die in het bezit Pakubuwana Puger I (Successieoorlog II). In 1705 lukte het me om Amangkurat Pakubuwana III af te stoten en Kartasoera grijpen. De oorlog tussen Pakubuwana I, die de VOC tegen Amangkurat III ondersteund steunde de familie in Oost-Java Gelukkig Suropati net afgesloten jaar 1708. Kroning Puger bewijzen dat de overeenkomst tussen boogschieten en Ki Ki Gede Tolken Martani over de draai van de zeven afstammelingen van boogschieten tot de afstammelingen van Ki Interpreter Martani. Na de dood Pakubuwana ik toevallig weer de troon Kartasoera inbeslagneming onder de zonen, namelijk IV-assisted Amangkurat VOC tegen prins Blitar, Prins Purbaya, en Prins Dipanegara Madison (Successie War III). De burgeroorlog eindigde in 1723. De daling van Kartasoera In 1740 kwam de opstand van de Chinezen in Batavia, die zich uitbreiden naar de gehele Java. Op het eerste Pakubuwana II (vervanging Amangkurat IV) ondersteunen. Maar toen hij zag de VOC superieure, wendde ze zich tot de Nederlandse natie te ondersteunen. Acties Pakubuwana II zou de rebellen sterk toeneemt omdat er veel anti-VOC ambtenaren die hem verliet. Uiteindelijk op 30 juni 1742 rebellen bestormden een enorme Kartasoera. Pakubuwana II was gevlucht naar Roxburgh. VOC werken met Cakraningrat IV van Madura en slaagde erin Kartasoera te heroveren. Aan het einde van 1743 Pakubuwana II keerde terug naar Kartasoera maar de conditie van de stad is verwoest. Hij heeft ook besloten om een nieuw paleis te bouwen in het dorp Sala genaamd Surakarta, die bezet sinds 1745, die later veranderde in het Paleis Kasunanan Soerakarta Sultanaat.
Foto: Kasunanan Soerakarta Sultanaat Palace
Babad Tanah Jawi verwijzen naar het evenement als Geger Pacino. Schade aan het paleis in Kartasoera, wordt beschouwd als een teken van verlies van het paleis als een centrum landingsbaan kosmogonis macht, zo noodzakelijk om een nieuw paleis te bouwen.
Mythe van Beëindig het Century Java gemeenschap, met name de adel, was gevangen in de mythe van de ineenstorting van het rijk in de late eeuw, en de vestiging van een nieuw koninkrijk drie jaar later. Volgens de registers van dichters Java, in het jaar 1400 Saka Majapahit koninkrijk ingestort en in 1403 vastgesteld het Sultanaat van Demak. In het jaar 1500 Saka Sultanaat van Demak Sultanaat ingestort en in 1503 stond Pajang die werd gevolgd door het Sultanaat van Mataram. Later in het jaar 1600 Javaanse Mataram Sultanaat ingestort en Java Kasunanan Kartasoera 1603 meter. Dus op Java in 1700 (samenvallend met de 1774 AD) komt angst onder de koningen van het Sultanaat van Surakarta en Yogyakarta Kasunanan, twee koninklijke broers die elkaar probeerden te veroveren op het moment. Om tegen deze mythen, een dochter Hamengkubuwana I van Yogyakarta auteur van een manuscript getiteld babad Kraton Java in 1703 waarin staat dat het het rijk dat Kartasoera ingestort vertegenwoordigen het jaar 1700, terwijl het koninkrijk van Yogyakarta werd opgericht in 1703. Hoewel de ineenstorting en de oprichting van Yogyakarta Kartasoera echt het verschil op drift ongeveer 14 jaar. Blijkbaar is de Hamengkubuwana Ik heb geprobeerd om te beweren dat Yogyakarta is de rechtmatige opvolger van Kartasoera, niet Surakarta als een feit.
SAMPEYANDALEM HINGKANG SINUHUN KANGDJENG Soesoehoenan PAKOEBOEWANA Senapati ING NGALAGA Abdul Rachman Sayidin PANATA GAMA KALIFATULAH HINGKANG Kaping I IN Nagara Kasunanan Kartasoera Sultanaat Palace
Foto: Sri Soesoehoenan P.B.I Wordt de eerste koning van Mataram in 1660 AD Omdat een koning de tweede keer in het jaar 1705 AD Kartasoera Hij stierf in het jaar 1719 AD
Hij heeft ook verplaatst naar het dorp van Sala Palace Kartasoera die later riep het paleis van Surakarta Sultanaat:
Te beginnen in de vernietiging van de Mataram Koninkrijk die in Pleret gelegen bij Trunojoyo aanval, zodat de Mataram Koninkrijk in Pleret bij de overgang naar een dorp genaamd Wanakarta. Bovendien is het paleis heet het Paleis Kasunanan Kartasoera Sultanaat. Het Paleis op woensdag verhuisd Pon 27 Ruwah Alip 1603 Javaanse tijger Sancaya wuku Watu bergen, of op woensdag te laten samenvallen met de datum van 11 september 1680 Pon M.
Tot uiting in het lied Dhandhanggula:
Sangaprabu prapteng Wanakarti Gumarudug sawadya balane Lan onderwerpen sentanane Kadya sinebut oproep Katon Sunya hangrasa Wani Ja sinengkalaning Candy Ri in de richting van Buda Pon Kaping pitulikur Ruwah Alip Sewu nenemhatus telu Dadi Kartasoera Diningrat
Putradalem (biologische kinderen) Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Hamangkurat Grote Koning in Mataram. Geboren uit een vrouw genaamd Keizerin no.2 GKRWetan (dochter van Panembahan Radin op display). Sri Soesoehoenan Pakoeboewana BRMGDarajat ik een kleine naam hebben, hij was de zoon nummer 2.
De chronologie Genealogie Sri Soesoehoenan Pakoeboewana I van de moeder Hij noemde GKRWetan, zijn:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Hadiwijoyo op het beeldscherm, berputra:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Sultan Prabuwijoyo (P. Benowo) op het scherm, berputra:
* Panembahan Radin op het beeldscherm, berputra:
* Tweede vrouw GKRWetan Consort Sampeyandalem Hamangkurat grote koning, berputra:
* Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Pakoeboewana I (heb een kleine naam BRMG Darajat) in Kartasoera.
Sri Soesoehoenan Pakoeboewana ik, hebben een zoon: Van de vrouw van Consort (dochter van R. T. Balitar): 1. GRAj.Lembah die later de vrouw van Koningin Sri Soesoehoenan Hamangkurat Kencet. 2. G.P.H. Hangabehi. 3. Sampeyandalem Hingkang sinuhun King Hamangkurat Java (Hamangkurat 4) (heeft een kleine naam BRMG Suryoputro. 4. G.R.Ay.Mangkubumi. 5. G.P.H. Prangwadono. 6. G.P.H. Herucokro in Madiun. 7. G.P.H. Ngalogo. 8. G.P.H. Pamot. 9. G.R.Ay.Adip.Sindurejo. 10. G. P. Panembahan Puruboyo in Lamongan.
Van de vrouw van Consort genaamd G.K.R. Pakoeboewana: 1. G.P.H. Balitar. 2. G. K. Koningin van Swing, de vrouw Panembahan Cakraningrat. Literatuur · Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka · Babad Tanah Jawi, variërend van de Profeet Adam tot het jaar 1647. (Terj.). 2007. Londen: Narration · H.J.de Graaf. 1989. Doden van kapitein Tack, onrust in de XVII eeuw Kartasoera (terj.). Londen: Temprint · M.C. Ricklefs. 1991. Geschiedenis van het moderne Indonesië (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press · Moedjianto. 1987. Power Concepts Java: de toepassing ervan door de koningen van Mataram. Londen: Canisius · Purwadi. 2007. Geschiedenis van de koningen van Java. Yogyakarta: Mediastudies
Deze site is opgesteld door de auteur sinds 2004, maar net publiceerde dit in 2011.
Daarnaast kunnen lezers zien en te lezen op
RM.Koesen en ook op
De Soesoehoenan Pakoe Boewono XI en Familie
; alsmede op
Voor de gegevens terug Sinuwun Pakoeboewono nakomelingen kunnen contact opnemen met e-mail adres: of op het secretariaat adres Sentonodalem Sinuwun Pakoeboewono . ; alsmede op
(Als u adverteert op onze blog of website kunt u voor andere maten contact op met de e-mail ons of onze telefoonnummer),het even welke grootte de advertentie grootte en plaatsing van reclame voor de positie die we leveren.
Kami juga melayani/menayangkan kanak keturunan dari Pakoe Boewono I pada web dan blog tersendiri, namun sekarang kami muat dulu disini di www.keluargapakoeboewono.blogspot.com, saat ini yang telah masuk di meja redaksi kami adlah anak keturunan Pakoe Boewono I, melalui anak Pakoe Boewono I yang bernama BRA.SOERONAGORO I, yaitu:
P.B.I berputra: | |||||
BRA.MANIS SOERONAGORO/BRA.SURANAGARA I berputra: | |||||
RM. ARYA TOHPATI berputra: | |||||
RMT.SURANAGARA II berputra: | |||||
RM.SIMON SURYA berputra: | |||||
R.Ay.DASIMAH berputra: RM.SIMON SURYA berputra | |||||
R.Ngt MARIATIN BROTOSUDIRJO berputra: | |||||
R.SOEJOED BROTOSOEDIRJO berputra: | |||||
R.SOESILO IDDI | |||||
Menurunkan : | |||||
Rr.LEONITA LUNA DEWI | 24 Juli 1969 | ||||
R.TINO JULIANTO | 15 Juli 1971 | ||||
Rr.AVRILIA ARIES TANTY | 01 April 1976 |
0 komentar:
Posting Komentar